-->

Minggu, 15 November 2009

Asyiknya Bersepeda Di Sela Pohon Jati dan Terjalnya Sungai Tanpa Jembatan


Dari Track Area Bojonegoro Cycling Tour 2009 (2-bersambung)

Track-track yang bakal dilalui para peserta Bojonegoro Cycling Tour 2009 tanggal 6 Desember nanti, khususnya peserta yang mengambil route of road, tingkat kesulitannya ukup lumayan. Routenya melewati sela-sela pohon jati yang cukup lebat. Selain itu, ada tiga sungai tanpa jembatan yang harus dilewati. Bagimana detailnya, berikut lanjutan tulisan dari Bojonegoro Cycling Club.

Setelah melewati kawasan hutan dengan tanaman jati yang baru berusia sekitar sepuluh tahun dan kawasan hutan yang masih gundul, memasuki kawasan forest track, para peserta mulai disuguhi track-track yang memerlukan skill bersepeda. Pasalnya, forest track sejauh delapan kilo meter ini mayoritas single track, eart track dan stone track.

Untuk menaklukkan kawasan ini, para of roader mesti menyiapkan sepedanya sedemikian rupa. Kelengkapan keamanan bersepeda juga harus dipersiapkan sejak dini. Seperti ban harus besar, mebawa alat pompa udara, dan helem. “Kita akan seleksi peserta yang bagaimana yang boleh masuk ke kawasan ini, karena selain sepeda MTB, gak bisa lewat, keuali dipaksakan,” kata Alham M. Ubey, ketua panitia Bojonegoro Cycling Tour 2009.

Di kawasan ini jelas tidak ada penyedia jasa tambal ban, karena jauh dari keramaian perkampungan. Para peserta juga disarankan membawa bekal minum sendiri, karena panitia hanya menyiapkan minum di titik sembilan kilo meter. Helm mutlak dipakai karena mayoritas tracknya berbatu.

Konsentrasi pikiran mutlak diperlukan, karena lebatnya hutan jati dengan seribu belokan sesuai alur. Jika hilang konsentrasi, bisa-bisa ban sepeda tahu-tahu mencium pohon jati atau terantuk bongkahan batu yang siap menghalang rintang putaran ban Anda.

Selain itu, dedaunan khas hutan juga tidak ada kompromi dengan kita. Pandangan mata kita bisa terhalang oleh dedaunan tersebut, sementara di balik dedaunan itu sebongkah batu atau lubang sedang mengintip untuk menguji nyali kita. “Tanaman di kanan kiri track cukp lebat, ini jelas jadi penghalang pandangan mata kita,” kata Alham, ketua Ikatan Sport Sepeda Indonesia Cabang Bojonegoro ini.

Tidak kalah mengasyikan, sungai-sungai sedalam kurang lebih dua meter, harus kita blewati. Sungai-sungai ini tidak ada jembatan. Tentu nyali seorang bikers sejati diuji kepiawaiannya, menyeberangi sungai di tengah hutan jati. Disarankan, para peserta satu persatu menuruni bibir sungai, karena selain berbatu juga bertanah dan tracknya tidak lurus, namun berkelok seperti huruf “S”.

Disarankan, jika kelelahan selama mengarungi track-track sulit ini, segeralah mengentikan laju roda sepeda dan menepi mencari pohon jati yang besar dan hiruplah udara tanpa polusi di bawah pohon jati tersebut. Niscaya, dalam waktu sekejab, tenaga untuk menggenjot sepeda lagi kembali pulih.

Lebih asyik, jika sungai-sungai itu nanti terisi air, karena diperkirakan awal Desember nanti telah memasuki musim hujan. Mau tidak mau, para bikers harus menyeberangi sungai berair dengan kedalaman skitar enam puluh centi meter atau selutut orang dewasa. “Bila perlu kita sediakan tali jika arusny deras,” tegasnya.

Demi keamanan para peserta, track-track khusus yang lumayan berbahaya ini akan dijaga sejumlah petugas, untuk memandu peserta menaklukan sungai dengan arus air yang tidak terlalu deras tersebut. Sekali lagi, nyali bikers sejati diuji di track ini.

Dari bibir sungai seberang, track tanjakan siap menyapa dan menantang para bikers. Di seputar sungai ini, juga bisa dijadikan tempat beristirahat sejenak, karena pohon-pohon rindang dengan angin spoi-spoi disertai sinar-matahari yang tak terlali tajam, siap memanjakan Anda. Tapi jangan terlena, karena route masih cukup jauh dan tak kalah menantangnya.

Dari kawasan ini, para pserta secara tidak sadar, diajak panitia untuk berpikir betapa pentingnya kawasan hutan untuk kelanjutan hidup kita dan anak cucu kita kelak. Sebelum masuk kawasan hutan lebat, peserta bisa blajar betapa gersangnya kawasan hutan yang yang gundul akibat penjarahan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

“Kita tahu semua, tahun 1998-2003 lalu, hutan kita dijarah habis-habisan oleh warga yang tidak mau tahu keselamatan anak cucunya di masa datang. Untung saat ini Perhutani sudah mulai mereboisasi hutan itu, sehingga kawasan hutan yang gundul berkurang,” ujar Alham, yang juga reporter RCTI tersebut.

Pelajaran berharga bagi kita semua, rindangnya alam menentukan ketenangan hidup kita. Rusaknya alam menandakan kerakusan kita dan siap-siaplah menyambut bencana alam seperti banjir, angin kencang dan panasnya udara. Lagi-lagi kita baru tersadar ketika bencana telah menimpa kita atau anak cucu kita. (alfianto)

0 komentar:

Template by : Alfianto